Analisis Hukum terhadap Pelaksanaan Sanksi Adat Seda’ pada Kasus Kawin Lari

Abstract

This research uses legal field research methods or normative research to explain legal implications. Field data collection was carried out through interviews and observation stages. Furthermore, all data collected was selected based on reliability and validity. This study aims to legally analyze the implementation of the Seda’ customary sanctions in Mamuju Regency. The researcher examines the relationship between the existence of Seda’ customary sanctions and positive law in Indonesia, is there a conflict in its implementation?

Basically, the people of Bonehau Regency want to prioritize customary sanctions when cases of elopement occur. The existence of the Seda’ customary sanction which is still recognized by the community in Bonehau Regency is one of the manifestations of customary civil law. The form of Seda’ sanction or punishment is the imposition of non-physical sanctions in the form of humiliation, expulsion from the village, and ostracism from the community, especially their family. The customary sanction of Seda’ in practice is carried out in groups (siko’bon), with the stipulation that those who are allowed to perform Seda’ are people who have family or blood relations with the person who is eloping (silariang).

___

Referensi

Buku dengan penulis:

Afandy, M. (2016). Analisis Hukum Terhadap Eksistensi Sanksi Adat A’Massa pada Delik Silariang di Kabupaten Jeneponto. Makassar: Universitas Hasanuddin.

D. Wulansari, dan A. Gunarsa. (2016). Hukum Adat Indonesia: Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

A. Wafa. (2018). Hukum Perkawinan di Indonesia: Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam dan Hukum Materil. Tangerang Selatan: Yasmi (Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia).

Artikel jurnal:

Abubakar, L. (2013). Revitalisasi Hukum Adat sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 13(2), 319-331.

Anwar, W. A. (2020). Silariang dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Kabupaten Sidrap). Ash-Shahabah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 6(2), 108-120.

Arliman, L. (2018). Hukum Adat di Indonesia dalam Pandangan Para Ahli dan Konsep Pemberlakuannya di Indonesia. Jurnal Selat, 5(2), 177-190.

Erwinsyahbana, T. (2012). Sistem Hukum Perkawinan pada Negara Hukum Berdasarkan Pancasila. Jurnal Ilmu Hukum, 3(1).

Kurniawan, F. (2016). Hukum Pidana Adat sebagai Sumber Pembaharuan Hukum Pidana Nasional. EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis, 2(2), 10-31.

Mas’ud, S. (2017). Analisis Hukum Positif Terhadap Nilai Kearifan Lokal A’massa pada Delik Silariang (Studi Kasus di Masyarakat Kampung Beru. Makassar: Unismuh.

Meidy, S. H. (2022). Eksistensi Pemberlakukan Pidana Adat bagi Masyarakat di Luar Hukum Adat. Widya Yuridika: Jurnal Hukum, 5(1), 175-190.

Munandar, H., & Mustafa, A. (2021). Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto dalam Meminimalisasi Tindakan A’massa. Siyasatuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Siyasah Syar'iyyah, 3(2), 359-370.

Mustawa, M., Hamid, A. H., & Purwanda, S. (2022). Refund of State Financial Losses in Realizing the Welfare State of Law. Amsir Law Journal, 4(1), 51-61.

Rais, M. (2016). Kedudukan Anak Angkat Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Adat dan Hukum Perdata. DIKTUM: Jurnal Syariah Dan Hukum, 14(2), 183-200.

Safitri, A., & Suharno, S. (2020). Budaya Siri’Na Pacce dan Sipakatau dalam Interaksi Sosial Masyarakat Sulawesi Selatan. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 22(1), 102-111.

Susylawati, E. (2009). Eksistensi Hukum Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia. Al-Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 4(1), 124-140.